Rabu, 06 Februari 2013

Kisah Nabi Nuh as. (versi anak)


“Putra dan istrinya yang durhaka kepada Allah”

Nabi Nuh diutus oleh Allah untuk memperbaiki akhlak kaumnya yang sanagat rusak. Sehingga perilaku dan perbuatan mereka mirip seperti binatang. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mau patuh terhadap ajaran agama.
Pada awalnya, Nabi Nuh disukai kaumnya dikarenakan budi pekerti yang baik. Ia sangat perduli terhadap orang fakir miskin. Namun, setelah Nabi Nuh mulai mengajak kaumnya untuk menyembah kepada Allah dan meninggalkan menyembah berhala, karena berhala-berhala tersebut tidak bisa berbuat apa-apa, Nabi Nuh pun mulai tidak disukai.
“Wahai kaumku, kembalilah kalian kejalan yang lurus. Sembahlah Allah karena Allah Tuhan yang patut disembah. Mohon ampunlah kepada-Nya. Niscaya Allah akan memberikan rizki yang berlimpah,” ucap Nabi Nus as. kepada kaumnya.
Para pemuka kaum tidak senang terhadap ucapan Nabi Nuh as., mereka menjawabnya dengan sinis, ”Wahai Nuh, dapatkah kau membuktikan jika kamu adalah utusan Allah untuk meluruskan jalan kami. Sedangkan kamu sendiri tidak mempunyai kelebihan yang istimewa dari kami.” Setelah berbicara seperti itu mereka meninggalkan Nabi Nuh as.
Nabi Nuh as. sedih atas keingkaran kaumnya. Tidak hanya itu, iapun menangis katena istri dan anaknya, Kan’an, tidak mau beriman kepada Allah.
“Wahai ayah, janganlah engkau melarang utnuk menyembah berhala-berhala itu. Karena berhala-berhala itu mendatangkan sezeki kepada kami,” ucap Kan’an.
Nabi Nuh as. menjawab perkataan anaknya, “Wahai anakku, engkau salah, berhala-berhala itu tidak bisa mendatangkan rezeki kepada kalian. Allah lah yang memberikan rezeki kepada kita semua. Oleh karena itu, Allah Tuhan yang harus kita sembah.”
Istri Nabu Nuh as. berkata, “sudahlah Kan’an, jangan dengarkan perkataan bapakmu yang sudah mulai pikun.”
Kan’an beserta Ibunya meninggalkan Nabi Nuh as. Nabi Nuh as. hanya bisa berdo’a kepada Allah, semoga Allah memberikan hidayah kepada istri dan anaknya.
Semakin hari, perbuatan kaum Nabi Nuh as. semakin sewenang-wenang. Mereka menganggap dengan kekayaan yang mereka miliki bisa berbuat sesuka hati. Bahkan mereka meremehkan Nabi as. dan para pengikutnya, karena mereka lebih miskin. Saat itu, harta menjadi ukuran bagi ketinggian martabat seseorang. Para budak diperlakukan bagaikan binatang. Orang-orang miskin hanya dipandang sebelah mata.
“Wahai Nuh, jika engkau menginginkan harta maka kami sanggup memberimu harta yang banyak, sehingga kamu menjadi orang paling kaya. Begitu pula jika kamu menginginkan kekuasaan, kami akan mengangkatmu menjadi pemimpin kami. Namun, kamu harus menghentikan dakwahmu,” ucap pemuka kaum kafir. Mereka mengira Nabi Nuh akan menerima tawaran mereka.
“Sesungguhnya aku berdakwa untuk keselamatan kalian semua, dan tidak mengharapkan imbalan dari kalian. Biarlah Allah saja yang akan memberikan imbalan terhadap diriku,” jawab Nabi Nuh as. dengan tenang.
Semua pengikut kaum kafir hanya mentertawakan Nabi Nuh as. Mereka menganggap Nabi Nuh as. sudah gila, karena tidak mau menerima tawaran mereka. Tidak hanya itu, mereka meludahi muka Nabi Nuh as. lalu pergi begitu saja.
Setelah dirasakan umatnya tidak mau lagi diajak pada kebenaran. Selama ratusan tahun Nabi Nuh as. berdakwah, namun hanya sedikit sekali yang mau beriman kepada Allah. Maka Nabi Nuh as. berdo’a kepada Allah, “Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku.”
Allah menyuruh Nabi Nuh as. untuk membuat perahu, karena Allah bermaksud menenggelamkan semua kaum yang durhaka itu. Nabi Nuh as. dan pengikutnya mulai membuat perahu yang dibimbing dan dibantu para malaikat.
“Lihat saudara-saudara, Nuh dan pengikutnya sudah mulai gila, dia membuat perahu digunung. Hendak dimanakan dia ingin berlayar, sedangkan sekarang bukan musim penghujan,” ucap seorang pemuka kaum kafir yang melihat kegiatan Nabi Nuh as.
Setelah selesai membuat perahu yang sangat besar, Allah memerintahkan Nabi Nuh as. untuk membawa masing-masing binatang berpasangan serta tumbuh-tumbuhan yang dapat dia bawa.
Setelah Nabi Nuh as. dan para pengikutnya berada didalam kapal, berhembuslah angin topan yang sangat dahsyat disertai hujan yang lebat dan bumi memancarkan air dari segenap penjuru. Hal tersebut tidak berhenti selama beberapa hari, sehingga airpun bertambah tinggi dan bumi berubah menjadi lautan yang sangat luas.
Orang-orang kafir berlarian menyelamatkan diri, mereka mencari daratan yang lebih tinggi namun air tetap mengejarnya.
Nabi Nuh as. melihat anaknya, Kan’an yang hamper tenggelam. Maka Nabi Nuh as. memanggilnya, “Wahai anakku, naiklah kekapal bersama kami ! Jangan engkau menjadi orang kafir yang ingkar kepada Allah !”
Kan’an tidak menghiraukan ajakan ayahnya, ia terus berusaha berlari menuju puncak pegunungan. Namun air bah segera menenggelamkannya. Setelah semua orang kafir tenggelam, Allah memerintahkan langit untuk berhenti menurunkan hujan. Dan menyuruh bumi untuk menelan kembali airnya.
Kapal Nabi Nuh as. terdampar di gunung Judy. Orang-orang bersyukur kepada Allah karena telah menyelamatkan mereka.




0 komentar:

 
;